Jangan heran kalau melihat sekujur tubuh pria dan wanita Mentawai berlukiskan tato. Bagi mereka, tato itu seperti pakaian. Bahkan, keberadaannya merupakan identitas.
Seni rajah yang mereka pakai sama sekali jauh dari kata modern. Tinta yang dipakai berasal dari arang kayu atau bekas pembakaran yang dihaluskan, lalu dicampur dengan perasan tebu.
Proses selanjutnya, duri atau jarum yang telah dicelupkan pada tinta tadi ditusukkan pada lapisan kulit, membentuk rupa-rupa motif.
Inilah tato asal Mentawai. Mereka merajah tubuhnya mulai dari mata kaki, jari, dada rusuk, leher, hingga pipi.
Menurut catatan peneliti tato Ady Rosa, tato Mentawai adalah identitas yang membedakan antara klan satu dengan lainnya. Orang-orang Mentawai juga percaya, tato merupakan pancaran roh dari kehidupan mereka.
Tentu, ragam motif yang dilukis pada tubuh tak sembarang. Tato di Mentawai disebut sebagai titi atau tiktik, yakni identitas. Nah, selayaknya identitas, pada tato yang tertera tergambar mulai dari tanah asal, status sosial, hingga seberapa hebat seorang pemburu.
Seni rajah yang mereka pakai sama sekali jauh dari kata modern. Tinta yang dipakai berasal dari arang kayu atau bekas pembakaran yang dihaluskan, lalu dicampur dengan perasan tebu.
Proses selanjutnya, duri atau jarum yang telah dicelupkan pada tinta tadi ditusukkan pada lapisan kulit, membentuk rupa-rupa motif.
Inilah tato asal Mentawai. Mereka merajah tubuhnya mulai dari mata kaki, jari, dada rusuk, leher, hingga pipi.
Menurut catatan peneliti tato Ady Rosa, tato Mentawai adalah identitas yang membedakan antara klan satu dengan lainnya. Orang-orang Mentawai juga percaya, tato merupakan pancaran roh dari kehidupan mereka.
Tentu, ragam motif yang dilukis pada tubuh tak sembarang. Tato di Mentawai disebut sebagai titi atau tiktik, yakni identitas. Nah, selayaknya identitas, pada tato yang tertera tergambar mulai dari tanah asal, status sosial, hingga seberapa hebat seorang pemburu.
Meskipun tato sudah menjadi identitas, orang-orang Mentawai yang masih memakai tato pada sekujur tubuhnya sudah jarang ditemui.
Kalaupun ada, kebanyakan masyarakat yang berasal dari wilayah dimana orang-orangnya masih berpegang teguh pada adat istiadat.
Seperti masyarakat yang tinggal di pedalaman Siberut. Di sana, masyarakat masih memegang ajaran yang disebut Arat Sabulungan. Mereka mengimani bahwa tato tak boleh lepas dari kehidupan orang mentawai.
“Saya ini berasal dari dusun Butui, tatonya seperti ini,” kata Aman Koddai yang baru beberapa tahun dinobatkan jadi sikerei.
Sikerei adalah sebutan untuk dukun, penjinak bisa, pimpinan uma, atau rumah adat di Pedalaman Siberut yang bersifat komunal dan besar.
Tato milik Aman Koddai bergambar semburat cahaya matahari. Ada pula garis-garis berwarna biru tua yang menempel di jangatnya.
Jenis gambar tato yang menempel di tubuh Aman Koddai, dianggap oleh beberapa antropolog sebagai tato tertua di dunia. Bahkan, motif itu dianggap mendahului tato Mesir yang sudah ada pada tahun 1300 Sebelum Masehi (SM).
Dilansir dari www.indonesia.travel, merujuk pada penelitian Ady Rosa dengan melihat catatan Encyclopaedia Britannica, Suku Mentawai sudah merajah badan mereka sejak kedatangannya ke pantai barat Sumatera pada Zaman Logam, yakni dalam perkiraan 1500 SM - 500 SM.
Konon, orang Mentawai adalah suku bangsa protomelayu yang datang dari Yunani, kemudian berbaur dengan budaya dongson di Vietnam.
Mereka berlayar ke Samudra Pasifik dan Selandia Baru hingga sampai di pantai Barat Sumatera. Penelitian juga menunjukkan adanya kemiripan tato Mentawai dengan tato hasil seni budaya dongson di Vietnam.
Selain itu, motif tato serupa ditemukan juga pada beberapa suku di Hawaii, Kepulauan Marquesas, suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, serta suku Maori di Selandia Baru
Merunut maknanya, tato Mentawai adalah keseimbangan hidup, sebagaimana yang mereka yakini bahwa semua yang hidup di jagad raya memiliki roh.
Maka tak heran, bentuk tumbuhan dan hewan diabadikan pada tubuh mereka. Seorang pemburu, akan merajah tubuhnya dengan gambar hasil buruan mereka
EmoticonEmoticon